5 Cara Mengenali Kepribadian Ganda dalam Interaksi Sosial

5 Cara Mengenali Kepribadian Ganda dalam Interaksi Sosial

poltekkespontianak.com – Ada orang yang di depan kita ramah banget, penuh perhatian, tapi di belakang ternyata sering ngomongin yang nggak-nggak. Atau pas ketemu di kantor dia bisa jadi super serius dan kalem, tapi di luar kerjaan jadi pribadi yang liar dan impulsif. Hal-hal kayak gini kadang bikin kita bingung, “dia sebenarnya kayak gimana sih?” Bisa jadi itu tanda dari kondisi yang dikenal sebagai kepribadian ganda atau dissociative identity disorder (DID), meski nggak selalu seserius di film-film.

Artikel ini aku tulis di poltekkespontianak.com buat bantu kamu lebih peka terhadap interaksi sosial yang terlihat “ganjil”. Karena walau kepribadian ganda adalah kondisi yang kompleks dan butuh diagnosis profesional, tapi sebagai teman, rekan kerja, atau bahkan pasangan, kita bisa lebih waspada dan bijak saat berinteraksi. Yuk, kita bahas dengan gaya santai tapi tetap serius di poin-poin pentingnya.

1. Perubahan Suasana Hati yang Terlalu Ekstrem dan Cepat

Orang yang punya kepribadian ganda bisa berubah dari super ceria jadi murung dalam hitungan menit tanpa alasan yang jelas. Bukan cuma karena mood swing biasa ya, tapi perubahan ini bisa disertai dengan perbedaan cara bicara, gestur tubuh, bahkan nada suara. Misalnya, tadi dia suka banget ngomongin film, eh beberapa menit kemudian dia jadi jutek dan bilang nggak suka sama sekali. Kalau ini terjadi cukup sering, kamu boleh mulai waspada.

2. Inkonistensi Cerita dan Ingatan

Salah satu tanda paling mencolok dari kepribadian ganda adalah adanya perbedaan ingatan atau cerita dari satu waktu ke waktu lain. Contohnya, dia cerita kalau hari Sabtu kemarin dia nonton bareng teman-teman, tapi minggu depannya bilang kalau dia sendirian dan tidur sepanjang hari. Saat kamu tanya, dia malah kelihatan bingung atau menyangkal dengan percaya diri. Ini bisa jadi karena masing-masing “identitas” dalam dirinya punya ingatan yang berbeda.

3. Gaya Bicara dan Bahasa Tubuh Bisa Berubah Drastis

Pernah ngobrol sama seseorang yang tiba-tiba cara bicaranya berubah seolah-olah jadi orang lain? Misalnya awalnya halus dan penuh empati, lalu mendadak jadi nyolot dan agresif. Kadang juga ditambah dengan perubahan ekspresi wajah, gestur, bahkan gaya berjalan. Ini bukan akting, tapi bisa jadi indikasi perpindahan antar identitas yang nggak disadari oleh orang itu sendiri.

4. Reaksi Emosional yang Tidak Sesuai Situasi

Kamu bisa aja melihat mereka tertawa saat lagi bahas hal yang sebenarnya serius, atau malah nangis saat situasi lagi santai. Ketidaksesuaian reaksi ini bisa terjadi karena identitas yang sedang “aktif” saat itu punya cara sendiri untuk merespons situasi. Jadi, meskipun kita yang lihat merasa aneh, bagi mereka itu hal yang normal dalam sistem pikirannya.

5. Ada “Versi Lain” yang Diceritakan Tapi Nggak Pernah Terlihat Langsung

Beberapa orang dengan kondisi ini kadang suka nyebut soal “aku yang satu lagi”, atau menyalahkan perilaku tertentu ke “aku yang waktu itu”. Kalau kamu sering dengar ungkapan kayak, “Itu bukan aku yang lakuin, itu sisi lainku,” atau “Aku kayak punya dua versi yang suka rebutan,” ini bisa jadi tanda dia sedang menggambarkan identitas yang berbeda dalam dirinya. Biasanya mereka juga kesulitan menjelaskan secara detail karena memang nggak sadar sepenuhnya.

Penutup

Mengenali kepribadian ganda memang bukan perkara mudah, apalagi kita bukan profesional di bidang kesehatan jiwa. Tapi dengan lebih peka terhadap sinyal-sinyal sosial yang nggak biasa, kita bisa lebih berhati-hati dalam menjalin hubungan dan memberi ruang yang aman buat mereka yang mungkin sedang bergumul dengan hal ini.

Semoga artikel dari poltekkespontianak.com ini bisa bantu kamu lebih waspada dan penuh empati saat bertemu dengan orang-orang yang menunjukkan tanda-tanda kepribadian ganda. Ingat, bukan tugas kita untuk menghakimi atau mendiagnosis, tapi kita bisa memilih untuk menjaga jarak sehat atau bahkan mendorong mereka untuk mencari bantuan profesional. Karena pada akhirnya, kesehatan mental adalah hal yang butuh dukungan dari semua pihak, bukan cuma si penderita saja.